Kanker, Ancaman Nyata yang Masih Diabaikan

Anak-anak Pejuang Kanker 
Sumber: Tempo.com 

Kanker seharusnya sudah menjadi perhatian nasional. Namun kenyataannya, penyakit mematikan ini masih sering dipinggirkan, baik oleh masyarakat maupun sistem kesehatan. Data Globocan 2020 mencatat lebih dari 396 ribu kasus baru kanker di Indonesia, dan 234 ribu di antaranya berakhir dengan kematian. Ini bukan angka biasa. Ini sinyal bahaya yang seharusnya membuat kita waspada.

Sayangnya, banyak pasien kanker baru terdeteksi ketika penyakit sudah parah. Kanker payudara, yang jadi kasus tertinggi di Indonesia, hampir 70 persennya ditemukan dalam stadium lanjut. Artinya, peluang sembuh semakin kecil, biaya pengobatan membengkak, dan penderitaan pasien serta keluarga makin besar. Semua ini terjadi karena rendahnya kesadaran deteksi dini dan akses skrining yang terbatas.

Fasilitas layanan kanker pun belum merata. Di kota besar, mungkin masyarakat masih punya akses ke rumah sakit dan dokter spesialis. Tapi di daerah, banyak pasien yang bahkan tidak tahu ke mana harus berobat. Belum lagi soal mahalnya biaya terapi modern, seperti imunoterapi atau transplantasi sel punca, yang hanya bisa diakses segelintir orang.

Pemerintah memang telah menjalankan beberapa program penting, seperti imunisasi HPV dan Rencana Aksi Nasional pengendalian kanker. Tapi ini belum cukup. Edukasi publik, pelatihan tenaga medis, serta pengadaan alat diagnostik dan fasilitas skrining harus ditingkatkan secara agresif dan merata. Jangan sampai kanker hanya jadi isu ketika sudah merenggut nyawa orang terkenal.

Masalah kanker di Indonesia bukan sekadar masalah kesehatan. Ini soal kesenjangan sosial. Mereka yang tinggal di kota besar dan punya uang bisa bertahan. Sementara warga miskin dan terpencil nyaris tak punya pilihan. Apakah kita akan terus membiarkan situasi ini?

Indonesia butuh gebrakan dalam penanganan kanker—bukan sekadar kampanye seremonial, tapi langkah nyata dan sistematis. Kanker adalah ujian kemanusiaan dan keberpihakan negara. Semakin lama diabaikan, semakin besar harga yang harus dibayar; nyawa, ekonomi, dan masa depan. Saatnya berhenti pasif. Saatnya bergerak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LSPR Institute dan YKPI Gelar Sosialisasi Deteksi Dini Kanker Payudara di Jakarta

Belum Kunjung Selesai, Proyek Galian di Jalan Cikini Raya Jakarta Pusat Sebabkan Kemacetan